Cerpen: Catatan yang Cacat

Saya menulis cerpen ini secara spontan saat menemukan buku tulis yang masih baru di meja kerja. Ditambah, Wawa yang punya blog di sini, dengan baik hatinya, mencantumkan salah satu cerpen saya yang berjudul ‘Menyontek’ di posnya, dan itu memotivasi saya untuk kembali menulis cerpen.

Cerpen ini hanya untuk kamu yang dewasa karena sedikit bermuatan vulgar. Juga untuk kamu yang menyadari bahwa ketidakseimbangan di dunia itu ada dan tak bisa kita abaikan. Ada sedikit opini di dalamnya. Namun, jangan anggap opini itu murni dari saya karena sebenarnya, opini itu muncul begitu saja dari tokoh, bukan dari saya.

Lagi, kamu tak harus membacanya jika tidak siap dengan bahasan yang tidak senonoh dan yang berpotensi menyinggung perasaanmu. I’ve warned you about this. Baca lebih lanjut

Negeri yang Dihukum

‘…allahu akbar, allahu akbar, asyhaduanlaa ilaa ha illallaah!’

Bukan lagi kumandang azan. Azan tidak pernah seperti itu. Azan mestinya memerhatikan waktu. Tapi itu memang azan. Azan itu tidak menyuarakan kemenangan, tidak mengajak salat, dan tidak benar-benar memberi kesaksian atas Rasul mereka. Hampir setiap surau, musala, masjid, dan tempat-tempat ibadah lain yang jarang didatangi sedang menyuarakan azan secara bersamaan. Baca lebih lanjut