Kriteria (Cerpen)

Aku duduk sendirian menunggu seorang wanita. Kata temanku, wanita itu baik, pintar, juga peduli. Aku percaya ucapannya lantaran selama berteman ia jarang berbohong. Ketika kutanya cantik atau tidak rupa wanita itu, temanku menolak memberi pendapat. Bagiku penilaian ini amat penting. Sebelumnya aku sering memacari wanita-wanita yang lumayan cantik. Hanya saja aku tidak bertemu mereka dari kencan buta norak seperti yang tengah kulakukan ini. Kebanyakan mereka adalah teman semasa kuliah atau teman kerja. Sayangnya, sekarang aku telah melabeli mereka sebagai mantan. Aku harap wanita yang akan kutemui nanti punya paras yang tidak lebih buruk dari pacar terakhirku, minimal setara. Sebagai sedikit penekanan, saat ini aku sedang berjuang membuktikan pada teman-temanku bahwa ada wanita cantik yang akan menerima lamaran menikah dariku meski aku memiliki kebiasaan buruk. Baca lebih lanjut

Cerpen: Kentungan

Oleh Umami

Bulan silih berganti. Hutang Gik kian bertambah. Nominalnya amat besar untuk ukuran orang yang tinggal di desa ini. Uang sebanyak itu bisa ia gunakan untuk membeli mobil idaman istrinya yang iklannya sering seliweran di televisi belakangan ini.

Awalnya, ia tak terlalu memedulikan hutang-hutang usaha mebelnya yang telah berjalan lebih dari tujuh tahun itu. Namun, laporan penjualan yang tidak sesuai target tiga-empat bulan berturut-turut; pemborong yang belum melunasi tagihan padahal furnitur sudah diangkut ke negara mereka (kebanyakan Belanda); Baca lebih lanjut