Review Novel Sili Suli: Surya, Mentari, dan Rembulan

Ini adalah novel kiriman yang mana saya belum tahu informasi apapun tentangnya hingga novel ini tiba di tangan saya bulan April lalu. Saya tidak menyangka akan membaca novel setebal 539 halaman ini. “Sepertinya novel ini dibuat dengan sungguh-sungguh,” pikir saya waktu pertama kali membuka bungkusnya. Dengan jumlah halaman setebal itu, tidak mungkin penulis mengorbankan waktu dan tenaganya hanya untuk membahas omong kosong. Dan memang sepengalaman saya membaca novel setebal kitab suci, jarang merasa kecewa. Selalu ada sesuatu di dalamnya. Namun, untuk novel ini barangkali lain karena menurut penulisnya, ini adalah novel perdana yang dia tulis.

novel sili suli surya mentari dan rembulan

Sili Suli, penulis kelahiran tahun 1971 ini memiliki latar belakang sebagai seorang jurnalis dan pecinta alam. Saat mengetahui hal tsb, saya berekspektasi bahwa novel ini pasti tidak akan jauh dari cerita tentang keindahan alam (yang diceritakan dengan gaya jurnalis lapangan?). Ternyata saya salah. Bagian cerita tentang keindahan alam memang benar adanya, namun saya tidak membaca tulisan seorang jurnalis di novel ini. Novel ini mengingatkan saya pada karya Andrea Hirata.

Penulis memang mengaku memperoleh inspirasi menulis dari Andrea Hirata, Ayu Utami, dan Donny Dhirgantoro. Akan tetapi bagi saya pria kelahiran Jakarta ini mampu lepas dari pengaruh ketiga penulis tsb dan menampilkan gayanya sendiri. Sebagai sebuah karya perdana, saya salut dengan kegigihan penulis novel Surya, Mentari, dan Rembulan ini.

Ketika membuka halaman awal, kamu akan menemukan 6 lembar halaman pengantar. Jumlah yang menurut saya lumayan banyak. Di dalam kata pengantarnya, Sili Suli menyebut tokoh-tokoh yang terlibat dalam pembuatan novel ini, mulai dari teman-teman petualangnya, akademisi, seniman keraton, dosen, dokter, jenderal, hingga rektor. Sepertinya penulis sangat terbantu dengan background jurnalisnya sehingga bisa berada di lingkaran narasumber terpercaya yang tentu saja menjadikan novelnya begitu valid karena diriset dengan baik.

novel sili suli surya mentari dan rembulan

Bagian Belakang Novel Surya, Mentari, dan Rembulan

Judul: Surya, Mentari, dan Rembulan
Penulis: Sili Suli
Penerbit: Arti Bumi Intaran Yogyakarta
Cetakan: Pertama, Maret 2019
Tebal: 541 hlm

Novel Surya, Mentari, dan Rembulan merupakan paduan dari cerita cinta, persahabatan, dan petualangan berlatar Toraja, Jawa, dan Nepal pada tahun 1884, tepat setahun setelah peristiwa meletusnya Gunung Krakatau.

Surya adalah pemuda spesial di kampungnya karena nyaris setiap orang mengandalkan dan menyukainya. Mentari adalah pacar Surya, sekaligus putri dari salah satu tokoh adat di kampung tempat mereka tinggal. Sementara Rembulan adalah putri bangsawan Jawa, tepatnya di lingkup keraton Jogja.

Konflik di novel ini dibangun mulai halaman 100an, ketika tokoh antagonis, Tangke Bunna, seorang pengusaha kopi, dendam pada ayah Mentari lantaran berani “mengganggu” acara adat keluarganya. Mataallo, adik Mentari yang baru berusia belasan harus menjadi korban. Dia diculik dan dijual pada pengusaha di Tanah Jawa sebagai budak.

Saya agak terkejut membaca cerita tentang perbudakan ini. Sili Suli (penulis) tentu memiliki referensi valid tentang perbudakan yang terjadi di tahun 1884-1885 itu.

***

https://www.instagram.com/p/Bv8B_kLF4L7/

Novel ini membuka mata saya tentang sejarah dan budaya: tentang suasana di zaman Hindia Belanda dan akulturasi antarberbagai suku dan etnis di Indonesia tempo dulu. Namun, ada satu hal yang menggelitik benak saya tentang setting ketika Krakatau baru meletus setahun silam itu. Sili Suli memang sudah menyinggung mengenai bencana letusan itu namun terlalu minim. Padahal menurut beberapa sumber, letusan itu begitu hebat hingga menimbulkan dampak bertahun-tahun. Tentu akan lebih relevan jika dibahas pula kondisi di lingkungan sekitar akibat bencana tsb.

***

Terlepas dari beberapa kekurangan seperti kesalahan ejaan yang masih bisa ditoleransi (apalagi ini cetakan pertama) dan absennya pembatas buku 😦 , saya sangat mengapresiasi karya ini.

Ini adalah novel dengan riset yang bagus, rapi, dan manis. Sili Suli menonjolkan sisi petualangan dan keindahan alam karena itulah yang dijual dari novel ini. Tapi bukan berarti kisah cinta antara Surya, Mentari, dan Rembulan hanya ornamen belaka. Penulis secara jeli berhasil meramu konflik cinta mereka ke dalam cerita petualangan ini dengan porsi yang pas.

Saya penasaran untuk mengetahui lebih jauh konflik cinta mereka. Selain itu saya juga berharap ada kelanjutan konflik antara ayah Mentari dengan Tangke Bunna, karena di novel ini masalah mereka belum selesai. Tentu akan menarik jika ada serangan balasan atas apa yang telah dilakukan Tangke Bunna pada adik Mentari.

Terakhir, jika kamu ingin mengenal sisi lain dari Indonesia di zaman dulu (tentang sejarah dan budaya) serta cerita tentang indahnya paronama gunung-gunung di Nepal, kamu wajib baca novel ini.

Kamu bisa mendapatkan novel Surya, Mentari, dan Rembulan ini dengan menghubungi nomor berikut 082122668686. Dan kamu juga bisa bersapa dengan Mas Sili Suli ini melalui akun facebooknya di sini.

Penulis menyampaikan pada saya bahwa mulai sekarang sudah tersedia cetakan keduanya yang tentu saja sudah melewati proses perbaikan.

https://www.instagram.com/p/Bq94BrHh-R1/?igshid=m9bk82w66rm2

***

Sometimes my heart is worried and anxious
Because among us there is a towering wall
There is an ocean that separates our origins
And there is a time that always raises a question mark
Just one thing I know for sure
That I am now happy to be with you

(Sepenggal lagu oleh Rembulan untuk Surya)

5 respons untuk ‘Review Novel Sili Suli: Surya, Mentari, dan Rembulan

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.