Ada beberapa sumber yang menyebut film Flatliners ini sebagai Horror-Psikologis. Namun, saya lebih cenderung pada Horror-Ilmiah. Sisi psikologis memang ditampilkan dalam film ini. Akan tetapi ada kesan dari film ini yang amat menonjol, yaitu ‘menjelaskan bagaimana itu bisa terjadi’ dengan frame dunia kedokteran. Dan itu sangat terasa terutama bagi saya yang nol pengetahuan tentang defribillator, adrenaline, syndrom xxx, bla-bla-bla itu, yang acapkali dilontarkan oleh pemain seakan disertai dengan tamparan: ‘Nih, makan ilmu pengetahuan!’
Saya tidak hendak membandingkan film ini dengan film lamanya di tahun 90-an. Ini film remake yang menurut ulasan di sana-sana menyebut film ini mengecewakan karena tidak lebih bagus dari versi yang lama. Inilah risiko dari film franchise karena sebagian penonton telah berpegang pada ekspektasi tertentu.
Flatline sendiri merupakan istilah kedokteran yang merujuk pada garis datar yang tampak pada monitor ECG, keadaan di mana tidak ada aktivitas pada jantung dan otak manusia alias mati.
Flatlining di film ini diartikan sebagai pengalaman sesaat setelah mati. Sementara Flatliners adalah para pelakunya. Tetapi bagi saya tidak sesederhana itu. Jika saya boleh membuat definisi sendiri, Flatliners ini tidak hanya sebagai pelaku (suffix -er pada flatline+er), tapi lebih dari itu. Flatliners di telinga saya terdengar seperti sekelompok orang yang membuat gerakan tak lazim, sehingga saya lebih suka mengartikannya sebagai ‘para pengendali mati suri’. Flatliners: pengendali mati suri.
Film Flatliners (2017) bercerita tentang eksperimen kematian sesaat yang dilakukan oleh 5 orang mahasiswa (dokter magang) di sebuah rumah sakit. Eksperimen ini diawali oleh rasa penasaran Courtney (Ellen Page) mengenai adanya aktivitas otak sesaat pada orang yang baru saja mati. Karena eksperimen kematian adalah ilegal, Courtney mengajak teman-temannya untuk melakukan hal itu di tempat rahasia.
Courtney menjadi Flatliners pertama. Ia memaksa teman-temannya ‘membunuh’ dirinya, merekam aktivitas otaknya selama dia mati, lalu ‘membangkitkan’ dirinya pada menit tertentu dengan prosedur medis yang amat berisiko.
Teori yang dipakai dalam kondisi flatline tersebut adalah bahwa ketika jantung berhenti bekerja, jantung punya batas maksimum hingga 4 menit untuk tidak menerima oksigen. Jika belum lewat batas tersebut, jantung hanya mati sementara dan kemungkinan besar bisa dipaksa untuk berdetak lagi sehingga para flatliner meminta untuk dihidupkan kembali setelah semenit, 2 menit, atau bahkan 3 menit, tidak lebih.
Sekembalinya dari mati suri yang ia minta sendiri, Courtney menjadi orang yang berbeda. Ia seperti terlahir kembali dengan kemampuan lebih baik dari sebelumnya. Ia menjadi lebih pintar dibanding teman-temannya sehingga hal ini membuat Jamie (James Norton), Marlo (Nina Dobrev), dan Sophia (Kiersey Clemons) ingin melakukan hal yang sama: flatlining. Sementara Ray (Diego Luna) tidak ikut mencoba karena dari awal ia menolak adanya eksperimen seperti yang diinisiasi oleh Courtney ini. Namun, sebagai teman, ia tetap membantu mereka karena sebenarnya dialah yang paling berkompeten dalam tindakan medis yang dilakukan dalam eksperimen flatline tsb.
Awalnya semua terasa menyenangkan: bermain-main dengan kematian. Namun seiring berjalan waktu, kejadian aneh menimpa mereka para flatliner.
Ibarat sebuah hutang kematian, mereka seperti merasa dikejar-kejar oleh hantu yang mengajak mereka untuk mati lantaran telah berani bermain-main dengan dunia orang mati.
Konflik dikejar kematian ini dibungkus dengan menyeruaknya penyesalan masing-masing tokoh atas dosa terbesar di masa lalu, atas kesalaahan yang mereka perbuat dan belum mereka pertanggungjawabkan.
Nilai yang diangkat di film ini sepertinya memang poin itu, tentang pengakuan atas dosa di masa lalu. Bahwa setiap manusia pasti punya kesalahan dan mereka harus bertanggung jawab untuk itu.
Saya tertarik untuk menonton film ini karena tertulis nama Nina Dobrev di posternya. Saya tidak cukup tahu tentang orang ini, tapi yang saya tahu, dia saya temukan pertama kali pada drama tv series, The Vampire Diaries, tontonan saya di masa senggang zaman baheula yang tidak tuntas. Di series tersebut, yang cukup menyita perhatian saya, bagaimana seorang Nina Dobrev memainkan 2 tokoh berbeda dan melakukan adegan ciuman dengan 5 aktor pria yang ada di drama series tersebut. OMG. Tentu saja tidak dalam satu episode adegannya -..-
Lalu di Flatliners ini dia beradegan tidak senonoh dengan Diego Luna. Hmft. Ini cewek siapa sih? Yang jadi cowoknya pasti ikhlas banget. She’s professional, bro. Of course, 6 different men, maybe more..
Nilai: 6/10
Rotten Tomatoes: 5%
IMDb: 5/10
Directed: Niels Arden Oplev
Written by: Ben Ripley
Production: Columbia Pictures
Distributed by: Sony Pictures
Running time: 110 minutes
Release date: 27 October 2017 (Indonesia)
Untuk ukuran film horror, buat saya, Flatliners tidak cukup menakutkan. Nilai plusnya, untung para pemainnya fresh, sexy, dan enak dipandang. Film dengan ide bagus tapi dieksekusi dengan plot cerita yang sangat sederhana, mudah ditebak, dan agaknya memang membosankan. Cukup ringan untuk ditonton. Tidak cukup untuk meninggalkan kesan.
Saya sudah lma gak nonton film. Jd, bnyak film yg sy gak update lg, tanduk Flatlibers ini. Nampaknya unik jg ya, anti mainstream kyaknya, aplgi yg berurusan dg mati suri bgtu.
SukaSuka
Tanduk=termasuk
Flatliners,
SukaSuka
Autotype ya mas jadinya typo hehe
SukaSuka
Iya, maaf ya, haha…klau pakai hp mah bgni, aplgi klau buru2
SukaSuka
Jadi yang aku tangkep adalah… ini film horor tapi gak horor, kemudian banyak adegan ena ena nya dan bonus pemainnya sexy2 😛
SukaSuka
ya semacem tulah sya..
SukaSuka
😮 ohya? Padahal saya suka ide main2 dg kematian
SukaSuka
kalo ada maen jelangkung keknya kak mulya maju nomor satu hihi
SukaSuka
Oo jelas……..tidak. Saya kan cuma ahli nggertak
SukaSuka
serius rottentomatoes cuma 5%?
“ampas” kkwalitetnya? heuheu
SukaSuka
yoi bang, ga tau kalo sekarang mungkin nambah, pas aku cek si baru 63 reviews soalnya filmnya masih lama tayangnya, mestinya impresi awal sudah menunjukkan kualitas filmnya di mata penonton, tp tetep aja aku tonton hehey..
SukaSuka
Reviewmu selalu menarik menurutku, ntr klo bisa nntn film ku cari film ini 😃
SukaSuka
Yuhuuu
SukaSuka
Itu cewek siapa sih Rizz, kok berani beradegan tak senonoh. Aku mau dong liat filmnyaa
SukaSuka
Mbak fokusnya ke situ yooo…
SukaSuka
Wah kalau lihat jalan ceritanya seperti menarik. Nggak penting filmnya bagus atau tidak, yang penting ada ilmu pengetahuannya dan pelajaran hidupnya 😀
SukaSuka
Jiwa pembelajar, keren 😀
SukaSuka
Ide ceritanya menarik ya.. bagus ni di buat drama aja kayaknya haha drama korea wkwk
SukaSuka
Iyo ya bang, kok bau baunya kayak korea gitu, jadi inget drama korea yg dokter dokter, tp jarang nonton sih hehe..
SukaSuka
Riview film lain lg za.. ak jrg nonton flm kalau nga rekomendasi atau baca review dlu haha..
SukaSuka
Siap bangg..
SukaSuka
kalau reviewnya begini dan kalau nonton nantinya bakal gak berekspektasi jauh. anyway mau nonton ini film karena penasaran dgn flatliners haha
SukaDisukai oleh 1 orang
buat refresh aja dari film populer lainnyo yo kan mas..
SukaSuka
Hadeeeeehhh hhorooorrr lagiiii…
Ehhh eh saya baru mampir ke sini kah (‘_’)
SukaDisukai oleh 1 orang
welcome, momo, keset dulu kakinya..
SukaSuka
Iyaaaa *keset mana keset.
Eh blogmu ada berapa sih.
ㄟ( ̄▽ ̄ㄟ)
SukaSuka
Bagian dikejar2 hantu karena udah ‘masuk’ dunia mereka ini yang saya suka. Jadi pengen nyoba eksperimen ini *😨😨
SukaSuka
wadaw, gak ikutan…
SukaDisukai oleh 1 orang
okaaay, jadi tidak menyeramkan tapi fresh ada yang sexy, ini film yang main gak ada Dewi Persiknya kan????
SukaSuka
depe sekarang lagi rehat sejenak dari horor mas, udah cocok jadi centini..
SukaSuka
Hutang kematian? Wuih, apakah kayak final destination, dikejar-kejar kematian.
#numpang jelajah wordpress orang.
SukaSuka
Interesting point or view. Try to watch Black Mirror series and make a review here. It’ll change your mind about the genre (esp technology in satire theme 🙂)
SukaSuka
menarik gan
SukaDisukai oleh 1 orang