Review The Kill Order (Book #4 of The Maze Runner Series)

img-20161104-wa0002

The Kill Order – James Dashner

Sebelum masuk ke review, mari kita perjelas lagi. Novel The Kill Order ini adalah novel keempat dari seri The Maze Runner. Novel ini diberi label prekuel karena tidak berisi lanjutan dari ketiga novel sebelumnya, melainkan bercerita tentang kejadian sebelum kejadian di novel 1, 2, dan 3. Kita sebut saja novel ke 1, 2, dan 3 (The Maze Runner, The Scorch Trials, dan The Death Cure) sebagai trilogi, lalu novel ke 4 dan 5 (The Kill Order dan The Fever Code) sebagai prekuel.

Tokoh utama dalam The Kill Order berbeda dari seri The Maze Runner sebelumnya. Kalau di 1, 2, dan 3 tokoh utamanya adalah Thomas, dkk, di The Kill Order adalah Mark dan Trina yang diceritakan berusia belasan serta Alec seorang pria dewasa mantan tentara.

Baca Review : Novel ke 2 The Scorch Trials
Baca Review : Novel ke 3 The Death Cure

Alur yang dipakai James Dashner di novel ini sangat mirip dengan novel-novel sebelumnya. Tidak banyak hal yang dia jelaskan berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan saya di ketiga novel sebelum ini. Malah semakin memunculkan banyak pertanyaan lagi.

Di novel The Kill Order ini memang ada 2 bab (prolog dan epilog) yang menceritakan tentang Thomas: tentang Thomas sebelum dimasukkan ke dalam maze dan tentang Thomas kecil yang dibawa oleh entah itu KPF (Koalisi Pasca-Flare) atau WICKED, berpisah dari ibunya yang kemungkinan sudah mengidap Flare.

Exif_JPEG_420

Details Book
Title: The Kill Order
Language: Indonesia
Author: James Dashner
Publisher: Mizan Fantasi, cetakan 2 agustus 2015
Tebal: 425
Genre: Sci-Fic, Adventure, Dystopia, Young-Adult
Ratings: 3 (Me). Average on goodreads 3.69.

JALAN CERITA
Tiga belas tahun sebelum Thomas dimasukkan ke dalam Maze, badai matahari terjadi, membakar dan membunuh orang-orang di permukaan, yang terpapar langsung sinar matahari. Saat itu Mark dan Trina sedang dalam perjalanan dalam kereta bawah tanah. Detail betapa hebatnya bencana itu bisa kalian baca di novelnya karena saya tidak sanggup membuat deskripsi semeyakinkan James Dashner.

Mereka selamat dan bertahan hidup bersama orang-orang waras lain yang mereka temui: Alec dan Lana (mantan tentara dan petugas keamanan), lalu beberapa remaja: Misty, Toad, Baxter, dan Darnell.

Mereka melakukan perjalanan tanpa arah untuk bertahan hidup dan berharap bisa menemukan permukiman aman bersama orang-orang lain yang selamat.

Sebagian besar novel ini berisi cerita tentang perjuangan Mark dkk dalam menghadapi ‘pihak’ yang melancarkan serangan menyebar virus ke permukiman dan membunuhi mereka. Satu demi satu tewas akibat virus yang disebar oleh ‘pihak’ itu. Dan Mark, Alec, dkk yang tersisa berusaha mencari jawaban mengapa ada pihak yang tega melakukan hal itu pada mereka ketika mereka merasa telah hidup dengan nyaman meski di tengah kekumuhan dan keterpurukan.

Pencarian jawaban itu pada akhirnya juga menjawab adanya ‘perintah membunuh’ (kill order) dari koalisi di sebuah tempat jauh di sana (Asheville). Kota ini disebut-sebut sebagai kota tertutup, berisi berbagai kebutuhan manusia dan jauh lebih baik serta aman dibanding tempat lain.

Di novel ini dikisahkan bagaimana pertama kali munculnya manusia kebal (yang tahan terhadap virus yang disebar oleh ‘pihak’ tsb). Anak kecil itu bernama Deedee, perempuan yang diselamatkan oleh Mark, Trina, Alec, dan lainnya.


Sebenarnya James Dashner bisa saja menjawab semua pertanyaan dari pembaca-pembacanya tapi dia memilih untuk tidak melakukannya. Dia malah membuat bab-bab yang hampir mirip dengan novelnya yang lain dengan alasan untuk menciptakan dan menanamkan nuansa kelam setting rekaannya secara lebih kuat lagi ke dalam otak pembaca.

Sebagai pembaca, saya rasa itu tidak terlalu perlu. Hanya memakan waktu saja. Saya merasa membaca ulang The Scorch Trials dan The Death Cure dengan setting yang tidak jauh berbeda namun kondisi yang sama: mencekam, perkelahian, saling membunuh, berlari, dll. Sedikit sekali, saya menyebutknya puzzle yang dapat saya ambil dari novel ini untuk digabungkan dengan puzzle dari novel lain.

Setelah membaca ini, muncul lagi pertanyaan siapa sebenarnya Mark, Trina, dan Deedee? Dan itu harus dijawab dan saya rasa harus berhubungan dengan Thomas dkk. Jika tidak, penonton sungguh kecewa, Mr. Dashner.

Oke, saya rasa saya mulai berani menyimpulkan sekarang bahwa pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari semua novel tersebut akan terjawab di novel yang kelima: The Fever Code. Barangkali ada yang sudah baca? Bulan September 2016 kemarin udah keluar versi bahasa Indonesia oleh Bentang Pustaka tapi saya belum sempat beli.

Meski begitu, saya amat mengagumi kepiawaian James Dashner dalam membuat setting yang sangat nyata, penggambaran perasaan hati tokoh yang sangat logis dan detail, serta penciptaan karakter tokoh-tokoh yang sangat kuat (beda dari karakter di novel sebelumnya, yang menurut saya agak gagal, seperti keberadaan Teresa, Aris, dll, yang kurang begitu kuat perannya).

Saya sangat setuju jika James Dashner saja yang menulis skenario seandainya novel-novelnya yang lain difilmkan. Adegan-adegan di novelnya saja sudah terasa begitu sinematik, tidak perlu bumbu drama-drama lain. Dan dengan James Dashner yang nulis skenario, tentu jalan cerita tidak semenyedihkan ketika The Scorch Trials diangkat jadi film. Film yang sangat mengecewakan menurut saya.

Saya nyumbang 3 bintang untuk The Kill Order. Sekarang saatnya mencari jawaban di novel kelimanya, The Fever Code.


Jangan malas baca buku, kamu juga ya! 🙂

25 respons untuk ‘Review The Kill Order (Book #4 of The Maze Runner Series)

  1. shiq4 berkata:

    Lumayan dapat petunjuk. Saya paling nggak suka klo mbaca novel terus banyak pertanyaan yg belum terjawab. Untuk sementara menghindari nama james dashner dulu buat nyoba penulis lainnya aja he he he…..

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan ke rizzaumami Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.