Preface:
Sebenarnya postingan ini pernah saya publish di blog saya yang nebeng sama blog uns dalam rangka lomba blog pada bulan Februari 2016 kemarin. Waktu itu kasus tewasnya Wayan Mirna sedang ribut-ributnya, sehingga saya tertarik membahas hal tentang racun. Besok (5 Oktober 2016) adalah sidang yang ke 27 kalo gak salah. Maka saya pikir tidak ada salahnya saya posting ulang tulisan tentang toksikologi ini. Yah, meskipun di penghujung sidang ini masih terdapat perdebatan apakah Mirna terbunuh karena racun atau tidak, hanya Tuhan yang tahu. Saya masih menunggu keputusan hakim. Tentu akan menarik mendengar putusan yang disahkan untuk akhir dari rentetan sidang paling populer di sejarah acara sidang live di dalam negeri ini.
LD50 dalam Toksikologi.
Saya memperoleh materi toksikologi ini dari mata kuliah kimia lingkungan yang diampu oleh Prof. Sulistyo Saputro, Ph.D. Toksikologi sendiri dapat diartikan sebagai suatu ilmu tentang zat beracun. Sebagaimana yang telah kita tahu, semua yang berakhiran -logi berarti ilmu, sama seperti biologi, geologi, antropologi, dll.
Merujuk pada postulat yang diungkapkan oleh seorang ahli fisika sekaligus filsuf, Paracelsus yang hidup antara tahun 1493-1541 M di awal ketika toksikologi baru berkembang, saya akan menjelaskan tentang LD50. Postulat Paracelcus yang terkenal itu berbunyi: “Semua zat adalah racun. Dosis yang tepat membedakan racun dari penawar. Dosislah yang menentukan racun atau tidak.”
LD50 adalah Lethal Dose 50% of Responses. Artinya, dosis suatu zat pada LD50 dapat memberikan respons kematian sebanyak 50% dari total orang yang mengonsumsinya.
Sederhananya, sebagai contoh, kafein (kafein murni lho, ya, bedakan dengan kopi) memiliki LD50 200 mg/kg. Artinya dosis 200 mg/kg itu sangat mematikan bagi 50% orang yang mengonsumsi kafein tersebut. 200 mg kan sedikit, PAK? Iya, memang. Tapi satuan untuk dosis adalah mg/kg. Jadi, seseorang dengan BB 50 kg kemungkinan (probability 50%) akan mati jika mengonsumsi kafein sebanyak 10 g (50 kg (weight) x 200 mg/kg (dose) = 10.000 mg –> 10 g). Untuk dosis mematikan masing-masing orang, kalikan sendiri dengan berat badan kalian.
Saya tidak mengajari cara ‘membunuh’, lho ya? Saya hanya menyampaikan bagaimana respons manusia terhadap dosis suatu zat.
Kafein – LD50 200 mg/kg akan mematikan jika dikonsumsi sebanyak 10 g oleh seseorang bernama-(sebut saja)-Mawar yang memiliki BB 50 kg.
Ada 2 hal penting yang bisa kita simpulkan dari fakta tersebut. Yang pertama, semakin kecil nilai LD50, maka zat tersebut akan sangat mematikan. Contoh nikotin adalah zat dengan LD50 1 mg/kg (lebih kecil dari kafein). Dapat membunuh Mawar meski dia hanya mengonsumsi sebanyak 50 mg (0.05 g) saja.
Informasi kedua adalah, bahwa orang dengan kelebihan berat badan tahan terhadap racun dengan dosis sama dibanding orang yang yang kekurangan berat badan. Misalnya ada orang lain, sebut saja Marwo (BB 100 kg) mengpnsumsi nikotin sebanyak 50 mg, maka kemungkinan besar dia hanya keracunan, tidak sampai tewas. Sebab dosis lethal nikotin untuk Marwo seharusnya 2 x lipat dari dosis Mawar (50 kg). Bersykurlah kalian yang BB-nya lebih, *lho, sewot!*.
Berikut ini adalah daftar LD50 (mg/kg) dari beberapa zat:
ethyl alcohol 10000
sodium chorida (garam dapur) 4000
BHA/BHT (antioksidan) 2000
aspirin 1750
ethanol 1000
morphine sulfate 900
morphine 500
caffein 200
heroin 150
lead (timbal) 20
cocain 17.5
sodium cyanide (NaCN) 10
nicotin 1-2
curare 0.5
shellfish toxin 0.01
sarin 0.001
botulinum toxin 0.00001
Ingat, semakin kecil LD50 maka semakin mematikan. Someone just needs 0.001 mg botulinum toxin in a cup to kill Marwo (100 kg).
Epilog: semua zat pada hakikatnya beracun, yang membedakan hanyalah dosis.
Semoga bermanfaat dan jangan pernah mengabaikan dosis yang diberikan dokter karena masing-masing sudah disesuaikan dengan kondisi pasien.
Udah pernah baca juga sih artikel2 tentang toksikologi. But thanks for this post, Umami, it enlightens me more. Btw, aku satu dari sekian orang yang masih tertarik ngikutin perkembangan sidang Jessica, hahaha 😂😂
SukaDisukai oleh 1 orang
Sama, Icha, penasaran gimana perkembangan kasus sama keputusan hakim nanti.
SukaSuka
Ini pertama kali dengar tentang toksikologi. Lumayan buat pengetahuan. Siapa tahu bisa buat materi bikin cerpen.
SukaDisukai oleh 1 orang
Bagus mas, buat cerpen aja 🙂
SukaSuka
mkasih infonya, menarik emang kasus ini 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
ngikutin terus ya kunu?
SukaSuka
ngikutin terus, kadang klo ga da jdwal bisa mantengin dari mulai sampe selesai, cuma beranjang klo sidangnya di skors :P, JPU tuntut 20 tahun kan ya, itu yg trbaru, ehehhe
SukaSuka
iya 20 tahun, kok tampaknya ragu-ragu kan jpu-nya. mungkin jessica mau direkrut buat jadi intel, hehe.
SukaDisukai oleh 1 orang
hahaha, bingung deh, keluarga korbanya juga menanyakan alasan yg cuma tahun?
SukaSuka
tunggu episode berikutnya deh kunu, mungkin jessica mau direkrut jadi anggota suicide squad.
SukaSuka
hahahha, ngakak 😀
kapan lagi sidang putusannya?
SukaSuka
hari ini? iya kan. hari ini pembelaan, putusan masih akhir oktober.
SukaSuka
aku penasaran, hihi, sidangnya lama bener ya mam -__-
SukaSuka
Sudah lama gak baca kata-kata LD, LC, LCt….
Hahahaha,
Berasa kuliah lagi jadinya…
SukaDisukai oleh 1 orang
Lamanya udah lamaaaa banget ya mbak? 😀
SukaSuka
Iyaaa,
Mungkin udah 5 thn lebih dari terakhir dengar….
Ckckckck
Aq udah tua rupanya.
SukaSuka
Kalo kafein dalam kopi itu berapa banyak ya kandungannya. Rata rata konsumsiku 15gram/hari
SukaDisukai oleh 1 orang
kandungan kafein kalo per cangkir menurut info 200mg/cangkir (mirip kayak dosis kan, tp dosis satuannya mg/kg bb), yg km konsumsi 15 gram itu buat secangkir ya, masih oke kok insya allah :). 1-2 cangkir sehari yg disarankan qied.
SukaSuka
Aku malah uda ngurangin kafein banget. Hahah.. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
bagus beby, kafein dari teh juga udah kan?
SukaSuka
Iya dong, jadi aku hampir gak pernah ngeteh atau ngopi lagi. Mayan jadi ngemat. Wkwkwk :p
SukaSuka
oot, tulisan ini nggak sama persis dengan yang di blog uns kan?
maksudnya kalimatnya diedit2 gitu, biar nggak dianggap copas sama google..
udah lama nggak ngafalin LD he..he..
SukaDisukai oleh 1 orang
iya kok mbak udah aku edit, ld yg diapalin apa aja mbak? kalo ga salah lingkungan kerjamu kesehatan ya mbak?
SukaSuka
Wihhh baru tau, bahasan menarik nih
SukaDisukai oleh 1 orang
Berapa lama si efek racun yang di timbulkan kalo kita ga sengaja terkontaminasi racun diatas?
SukaDisukai oleh 1 orang
kurang tahu juga ya mbak, tergantung sifat racunnya, kalo korosif bisa langsung terasa di lidah, tapi kalo itu gara-gara kuantitasnya saja, berarti butuh waktu agak lama karena dicerna dulu baru dialirkan ke pembulu darah.
SukaSuka
Pertolongan pertamanya gimana ya mas kalo kita ga sengaja kemakan racun itu?
SukaDisukai oleh 2 orang
biasanya minum susu atau kalo gak ada berarti pake metode pengenceran, jadi racun yang udah terlanjur masuk diencerkan dg cara minum air putih sebanyak-banyaknya dalam perjalanan menuju dokter. btw, urusan selanjutnya biar dokter yg tangani karena karakteristik tiap-tiap racun berbeda.
SukaSuka
Mas Rizza, temenku kan pernah kecelakaan yaa trus dikasi morphine selama seminggu buat pain killer, itu emang gpp kah??
SukaSuka
pain killer emang dibolehkan mbak, asal tidak melebihi dosis boleh kok.
SukaSuka
semua zat memang beracun ya kalau dikonsumsi dengan dosis yang berlebihan
posisi cafein berada ditengah..berarti memang ada anjuran atau batasan mengkonsumsi kopi setiap hari 🙂
SukaSuka
ya, mas, dianjurkan tidak lebih dari 2 cangkir per hari.
SukaSuka
wow kadang banyak di makanan ini loh
SukaSuka
iya mbak, yang mana? 🙂
SukaSuka
Hmm, berarti kurang lebih seperti “median”-nya ya, hehe. Aku penasaran, bilangan-bilangan itu didapatnya dari mana ya? Kan nggak mungkin juga dilakukan eksperimen dengan manusia beneran gitu untuk menentukan dosis LD50-nya, hahaha 😆 .
SukaSuka
Betul bang, aku juga belum belajar sampe ke sana, para ahli toksikologi pasti tahu banyak soal bilangan itu.
SukaSuka
“semua zat pada hakikatnya beracun, yang membedakan hanyalah dosis.” Mungkin sama kayak, “setiap hubungan pasti ada cinta, yang membedakan hanya kadarnya.” Kalo besar jadi pasangan, kalo kecil yaaa temenan aja. Hihihi 😀
*kurang bisa serius*
SukaDisukai oleh 1 orang
yaaa Allah, gak nyangka bakal ada yang komen baper gini, :’)
SukaSuka
Ah, jadi inget masa lalu, saat masih kuliah di kimia. Haha. Kangen belajar kimia.
SukaSuka
Wah kayaknya asik nih matkul toksikologi. Bisa tau cara meracuni mantan yang baik dan benar. Hahaha astagfirullah.
Betewe tapi sekilah rada mirip sama farmakologi ya kak..
SukaSuka
aduhm, saya malah ga ngerti soal farmakologi mbak, hehe
SukaSuka
Ga seribet toksikologi kok kak
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah masih puyeng ane bacanya harus diulang2, wkwkwk
Ga bakat nih jadi anak kimia
SukaSuka
Saya tertarik dengan cuplikan kalimat ini :
“semua zat pada hakikatnya beracun, yang membedakan hanyalah dosis”
apa bener seperti itu ya Mas, adakah datanya ?
terima kasih
SukaSuka
Itu teori yang masih relevan dan dipakai sampai sekarang mas 🙂
SukaSuka
Wow aku baru tau ini. Pengetahuan baru. Untung aku rada endud jadi masih bisa toleran deh hahaha
SukaSuka
Haha, bisa-bisanyaaa..
SukaSuka
Keren Mas, membahas konsep LD50 dengan kemasan pop. Salam
SukaSuka
Thanks mbak 🙂
SukaSuka
Materi kuliah saya nih matkul praktikum K3 hehehe
SukaSuka
Sangat berguna ya mas, makanya dipelajari di beberapa jurusan.
SukaSuka
Iya ini q lagi ngerjain laporan yg ada LD 50 wkwkwk….
SukaSuka
wah pas banget dong, hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
really nice info! membuktikan perkataan kalau apapun yang terlalu banyak itu mematikan. another day, another new thing to learn, nice article 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang