Dulu ketika saya baru saja mengalami musibah kecelakaan itu dan merasa menjadi orang yang amat menderita, saya bertanya-tanya: Mengapa saya harus mengalami ini? Mengapa saya yang harus menanggung ini? Apa perbuatan di masa lalu yang membuat saya harus menerima hukuman seperti ini?
Menunggu, menunggu, lalu menunggu, jawabannya tidak kunjung datang. Hingga suatu hari ketika badan saya mulai tegap, mulai bisa melihat lagi keadaan di sekitar, saya merasa tidak menginginkan jawaban itu lagi. Jika jawaban atas pertanyaan itu memang ada, apakah lantas akan membuat saya puas begitu mengetahuinya? Saya rasa, jika jawaban itu benar-benar ada, saya akan menyesal karena telah mengetahui kebenarannya.
Saya tidak lagi menunggu jawaban atas pertanyaan tadi karena setelah itu saya beralih ke pertanyaan lain: Mengapa Dia masih mengijinkan saya hidup? Mengapa Dia masih memberi saya kesempatan untuk menyembuhkan diri? Mengapa Dia masih membiarkan tubuh ini utuh?
Adakalanya seseorang bertanya karena ia betul-betul tidak tahu sehingga harus bertanya. Adakalanya seseorang bertanya hanya untuk memastikan apakah jawaban sementara yang ia miliki benar. Adakalanya kita bertanya tanpa sadar bahwa kita telah memiliki jawaban itu. Dan kondisi terakhir inilah yang melanda saya. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di paragraf sebelum ini adalah bersyukur. Hanya bersyukur. Dan itu semestinya ada di setiap diri kita.
Terkadang kita mencari-cari jawaban yang logis menurut kita sebagai manusia, sementara Dia menginginkan kita untuk puas dengan cara bersyukur saja. Bahkan pada ayat suci yang selalu digembar-gemborkan para dai di bulan Ramadan tentang puasa, Dia berfirman tentang menyuruh kita berpuasa, agar menjadi orang yang bertakwa. Padahal, ‘berpuasalah agar kamu sehat’, tentu lebih logis menurut kita. Tapi Allah lebih suka menggunakan logika-Nya. Jadi, bagaimana kalau kita memilih untuk mensyukuri, tanpa harus menuntut jawaban itu? Tentu, di setiap rasa syukur itu alangkah baiknya jika kita sisipkan introspeksi diri.
Kadang kadang saat kita susah lah kita baru teringat akan bersyukur saat giliran senang susah utk ingat syukur itu hiiii 😁😁
SukaSuka
Hehe, ampun deh, jangan lagi-lagi 😀
SukaSuka
Aku baru aja pengen nulis tentang pertanyaan. Eh trus baca artikel ini. Rasanya tersentuh banget. Bersyukur. Makasih banget buat pencerahannya.
SukaSuka
Saling berbagi mbak, dan saling bertukar pengalaman biasanya memberi inspirasi buat yg lain.
SukaDisukai oleh 1 orang
Semua kejadian ada hikmahnya. Terlalu banyak hikmah hingga tidak akan bisa dicerna akal manusia. Tapi semoga ada pembelajaran hidup yang bisa diambil dari kejadian tersebut. Semangat.
SukaSuka
Ya mas, kadang manusia memang begitu, begitu didera masalah seakan yang paling menderita, semoga kita tidak termasuk 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
semangat, gan 🙂
Suka bagian ini:
“Jika jawaban atas pertanyaan itu memang ada, apakah lantas akan membuat saya puas begitu mengetahuinya? “
SukaDisukai oleh 1 orang
Itu bagian dari perenungan yang dalam mas Ardi 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Bersyukur…. Terlihat mudah cuma ternyata berat. Apalagi ketika dilanda musibah. Mendapatkan kebaikan yang lebih sedikit dr yg diharapkan aja bisa-bisa nggak bersyukur.
Semoga kita dijadikan hamba-hamba yang bersyukur. Aamiin.
SukaSuka
Iya mas Rifki, amin, dengan bersyukur pasti akan dapat nikmat yang lebih.
SukaSuka
Update kaaaaak…
SukaSuka
Yoi mbaaakk….
SukaSuka
Kalau saya suka berpikir bahwa segala sesuatu itu terjadi bukan karena kebetulan. Tapi memang rencana yang Tuhan. Dan apa hikmah di balik semua itu, pada akhirnya kita tahu setelahnya…lama kemudian. Intinya sih kita harus berpositif thinking sama Tuhan.
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul sekali mbak, selalu positif thinking, suatu hari pasti akan terbukti.
SukaSuka