Review Novel ‘The Architecture of Love’ (Ika Natassa)

idul fitri

Sebelumnya, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin jika dalam postingan-postingan atau dalam membalas komentar dan berkomentar di blog sodara-sodara saya melakukan kekhilafan.


The Architecture of Love – Ika Natassa.

Belajar dari tokoh Raia di novel ini saya dapat pemahaman bahwa karya seperti novel tidak lahir begitu saja. Sebuah novel lahir setelah melewati serangkaian kejadian yang bermakna. Dan dalam setiap kejadian itu kemampuan penulis dalam mengelola dan mengolah inspirasi merupakan hal unik yang berharga. Karena itu saya begitu menghargai dan mengapresiasi sebuah karya tulis seperti novel.

Dan rasanya amat lancang seorang pembaca mereview, menilai, dan mengungkap kekurangan suatu novel dari sudut pandangnya sendiri sementara telah begitu banyak hal yang telah dikerjakan penulis untuk membuat suatu karya.

Namun, seakan untuk menjawab sikap tersebut, saya pernah baca dari seorang penulis. Dia menyatakan bahwa ketika sebuah novel lahir, novel itu sepenuhnya milik pembaca. Sebagai pembaca, saya merasa perlu memberikan gambaran pada pembaca lain tentang novel ini senetral mungkin, tanpa perlu nada provokasi apapun.

'The Architecture of Love' - Ika Natassa

‘The Architecture of Love’ – Ika Natassa

Details Book
Judul: The Architecture of Love
Penulis: Ika Natassa
Penerbit: GPU, Juni 2016
Tebal: 304
Rating Goodreads: 4.11 (3 dari saya)

Saya rasa banyak blogger yang lebih tahu Ika Natassa dibanding saya. Penulis ini selalu saya temukan dalam genre Young Adult, Chicklit, atau Metropop. Di The Architecture of Love ini Ika menawarkan latar kota New York. Penulis ini mem-package setting kota menjadi sangat dekat dan berhasil mengajak saya menelusuri gedung-gedung itu tanpa perlu melihat, hanya membayangkan saja.

Novel ini bercerita tentang cinta antara 2 tokoh yang sama-sama berusaha lepas dari cinta masa lalu masing-masing.

Karakter
Raia: seorang penulis terkenal yang belum bisa menerima kenyataan bahwa suaminya meninggalkannya.
River: seorang arsitek yang terkurung dalam rasa bersalah atas meninggalnya istrinya dalam sebuah kecelakaan yang ia alami.
Erin: teman akrab Raia di NYC
Aga: adik River, teman Erin.

“People say that Paris is the city of love, but for Raia, New York deserves the title more. It’s impossible not to fall in love with the city like it’s almost impossible not to fall in love in the city.”
(ini adalah kutipan yang diangkat oleh Ika sebagai main quote di sampul belakang).

Raia pergi ke NY untuk liburan. Bukan benar-benar liburan karena sebenarnya ia ingin mencari ide untuk bukunya setelah lama tidak menulis dan putus asa serta sempat merasa gagal sebagai seorang penulis. Ia bertemu River dalam pesta tahun baru yang diadakan oleh Erin dan teman-teman Indonesia-nya di apartemen Aga.

Melalui pertemuan itu dan pertemuan kedua secara kebetulan di luar, Raia dan River sering jalan bersama, mengunjungi gedung-gedung ikonik di NY dan berbagi pilihan makan di tempat yang mereka kunjungi tanpa pernah menyinggung cerita pribadi masing-masing. Keduanya merasa sama-sama tak perlu membagi urusan tersebut. Yang mereka lakukan hanyalah menelusuri jalan-jalan di NY, makan, dan sedikti bicara soal hobi.

Raia melihat River sebagai sosok misterius yang membuatnya penasaran sementara River melihat Raia sebagai wanita yang menarik hatinya di saat ia masih membawa sosok alm. istrinya begitu dekat dalam dirinya. Dalam dilema itu, River harus memutuskan untuk bertahan atau meninggalkan Raia. Dan ketika Raia sudah membuka dirinya, wanita ini justru merasa bahwa River hanya singgah sementara, tidak untuk menetap seperti yang pernah dilakukan oleh mantan suaminya.

Saya rasa komponen besar yang menggerakkan The Architecture of Love ini adalah makanan dan tempat-tempat ikonik. Ika menumpahkan bahyak sekali jenis dan nama makanan dalam setiap bab yang ia tulis, seperti sengaja memberikan kita referensi makanan enak. Begitu juga dengan gedung dan tempat di kota NY. Ika membawa kita jalan-jalan ke tempat itu sekaligus memaksa kita untuk berharap bisa ke sana langsung.

Novel ke delapan yang ditulis Ika ini lahir berkat Twitter, melalui polling yang dicuitkan oleh Ika Natassa pada followersnya. Ia menyatakan bahwa separuh dari novel ini adalah berkat hasil polling dari lebih 1500 penggemarnya, karena itu halaman depan ditulis kata pengantar oleh Teguh Wicaksono, Partnership Lead Twitter Indonesia. Novel ini juga mengklaim menjadi buku pertama di dunia yang ditulis dengan memanfaatkan fitur poll di Twitter. [ ]

Selamat menikmati buku dari penulis yang pre-oder-nya selalu laris ini!


Bonus kutipan buat move on: “You know what is wrong about always searching for answers about something that happened in your past? It keeps you from looking forward. It distracts you from what’s in front of you. Your Future.” (Erin)

8 respons untuk ‘Review Novel ‘The Architecture of Love’ (Ika Natassa)

    • rizzaumami berkata:

      Mungkin perlu sedikit effort lg biar bisa kebagian mbak. Antologi Rasa bukunya yg pertama yg sy baca. Kalo ga salah ada tokoh Harris di situ ya? Dan rahasia besarnya adalah tokoh ini juga muncul di bbrp novel ika yg lain.

      Suka

  1. joeyz14 berkata:

    Umami aku juga baca ini 2 minggu lalu. Dan tetap aja aku kecewa…walau kuakui ini masih lebih mending dari critical eleven. Btw buku Ika yg kusuka ttp Antologi rasa. Coba aja bikin endingnya lebih greget lagi pasti jd favku

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.