FF: Sugar

Hai, fellow! Rasanya lama sekali enggak jumpa. Maafkan daku yang selama hampir 12 hari enggak nongol 😀 . Saatnya bangun, sibak selimut tebal!

Sebagai tulisan pembuka bulan ini, berikut saya sajikan sebuah Flash Fiction manis. 🙂

***

Kami hidup di sebuah negeri yang sejahtera. Tanah kami dikaruniai kesuburan tidak terkira. Salah satu jenis tanaman yang amat banyak kami kembangkan adalah tebu. Kami memiliki puluhan bahkan ratusan varietas tanaman tebu yang dapat diolah dengan mudah menjadi gula dengan teknik hidrolisis yang dikuasai setiap orang di negeri ini.

Selain mengembangkan gula, kami juga mengembangbiakkan bermacam-macam mikrobiologi sebagai katalisator dalam produksi gula. Saking banyaknya produksi gula baik yang diproduksi oleh perusahaan milik kerajaan atau oleh industri rumahan, kami tak perlu uang untuk membelinya.

Pintu-pintu pabrik gula terbuka setiap pukul empat sore. Tidak perlu antri untuk mendapatkan gula beberapa karung. Kerajaan sudah menyiapkan truk-truk pengangkut yang menyebarkan gula-gula itu di halaman rumah kami. Halaman rumah kami sudah dimodifikasi supaya tidak merusak kualitas serta struktur gula yang dituang oleh truk.

Hari ini keluarga kami menyajikan hidangan utama yang biasa kami sebut resugar, lauk friesugar, minum breecandies, dan makanan ringan yang kami beri nama fruisweet. Kami sedang makan di meja makan ketika seorang tamu datang.

Penampilannya aneh. Dia tidak memakai pakaian warna putih atau krem seperti yang selalu kami pakai. Orang itu berkulit gelap, jenggotnya panjang. Beberapa bagian pakaiannya sobek, terutama bagian kaki dan lengan. Bau asap sangat menyengat setiap kali dia bicara. Kami penasaran dari mana dia datang.

“Kami dengar, negeri ini sangat makmur,” katanya. “Semoga anda tidak keberatan menerima kami untuk singgah sejenak. Kami dalam perjalanan yang sangat panjang. Negeri kami di pulau yang sangat jauh. Kami hanya memohon untuk tinggal beberapa hari saja di sini. Uang kami mungkin tidak berharga di sini. Tapi kami punya sesuatu yang bisa ditukar jika anda memberi kami tempat tinggal dan perbekalan.”

“Dengan apa anda ke sini?” Kami penasaran.

“Sebagian teman-teman kami telah menuju kerajaan, meminta persetujuan tinggal. Kami ke sini menaiki sebuah kendaraan yang kami sebut kapal.”

“Kapal?”

“Iya,” jawab orang itu.

“Masuklah, kami punya banyak gula.” Kami mempersilakan.

Orang kotor itu masuk. Badannya menguarkan aroma gosong. Di tangannya ada sebuah tabung.

Kami menyaksikannya memakan semua jenis makanan di atas meja makan.

“Anda menyukainya?”

Dia mengangguk, lalu menggeleng pelan seperti tidak percaya sesuatu. “Apakah semua ini gula?”

Kami mengangguk, lalu memandang satu sama lain.

“Kami hanya memiliki ini untuk ditukar dengan kebaikan kalian.” Orang itu menyerahkan tabungnya.

“Apa ini?”

“Bukalah. Itu serangga paling langka. Kami jamin, anda tidak memilikinya di sini.”

Kami membuka tutup tabung, lalu melihat banyak sekali gerombolan serangga merangkak, berukuran kecil, berwarna hitam. Serangga itu berjalan cepat, menyebar ke meja makan kami, menuju piring-piring bekas makanan. Sebagian yang lain berjalan berurutan menuju bak penampungan gula kami.

“Serangga apa ini?”

“Semut,” jawab orang itu. “Kami memeliharanya di kapal.”

Kami memerhatikan serangga-serangga itu mengangkat balok-balok kecil gula kami dari dalam bak.[]

14 respons untuk ‘FF: Sugar’

  1. Gara berkata:

    Itu penghuni pulaunya apa nggak diabetes semua ya, kebanyakan makan gula tebu? Nggak boleh kebanyakan manis-manis ya… nanti sakit gigi :hihi.
    Suka dengan gaya fiksimu, pasti ada sesuatu yang tak terduga di akhir cerita, yang agak tidaj biasa :)). Coba kirim cerpenmu ke majalah, saya pikir ada peluang untuk dimuat :)).

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.