Ini novel Tere-Liye yang ke sekian kali, yang saya baca. Saya mulai baca ‘Ayahku (Bukan) Pembohong’ ini hari Rabu kemarin, selesai Sabtu pagi tadi. Tebal 304 halaman, cetakan ke 8 (Mei 2013) dan masih ada beberapa kalimat yang keliru penulisannya, semoga bisa jadi masukan buat editor di cetakan berikutnya.
Sebenarnya ini novel lama, dicetak pertama kali bulan Mei 2011. Novel ini bercerita tentang kehidupan seorang anak lelaki keriting bernama Dam dan Ayahnya. Tere Liye menceritakan kisah itu dengan dua setting waktu yang berbeda, waktu sekarang dan flash back ke masa lalu. Menurut saya, novel ini sengaja ditulis Tere Liye dengan tujuan utama, untuk mengajarkan nilai-nilai moral pada pembacanya.
Judul: Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis: Tere Liye
Tahun Terbit: Cetakan 8, Mei 2013
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 304 halaman
Ratings: 3 (Saya), averages 4,13 from 3,330 ratings. 396 reviewers.
Sewaktu kecil, Dam seperti anak-anak seumurannya, dengan kenakalan yang sama. Bedanya, Dam tumbuh bersama nilai kehidupan yang diajarkan Ayahnya melalui cerita-cerita petualangan mulia yang terdengar seperti dongeng, tentang Sang Kapten, Lembah Bukhara, Negeri Penguasa Angin, Si Raja Tidur, dan lainnya. Semenjak kecil Dam percaya bahwa ayahnya benar-benar mengalami semua kejadian itu, meski untuk orang dewasa cerita-cerita itu rasanya seperti dongeng rekaan yang mengada-ada. Ditambah nama-nama tokoh dan tempat yang tidak pernah didengar orang lain, selain ayahnya. Namun Dam tidak pernah menceritakan itu pada orang lain. Ia menyimpan cerita itu untuk dirinya sendiri, dan selalu percaya pada apa yang dikatakan Ayahnya.
Lalu, kembali ke waktu sekarang. Dam sudah memliki dua anak bernama Zas dan Qon, yang berusia 8 dan 6. Ayahnya tinggal untuk pertama kali bersama keluarganya setelah sekian lama menyendiri di rumah lama mereka. Istrinya yang mengijinkan ayah Dam untuk tinggal, meski Dam terus menolak. Ayahnya datang untuk menyampaikan cerita-cerita yang dulu didengarnya pada anak-anaknya, Zas dan Qon. Dam tidak suka cerita itu lagi. Saat Dam berusia 18, ia menyadari bahwa cerita ayahnya bohong, dan ia tidak ingin anak-anaknya dididik dan dibesarkan dengan cerita bohong. Dam bersikukuh bahwa ayahnya tidak pernah mengalami semua perjalanan itu, serta semua petualangan bak dongeng itu! Dam meminta ayahnya untuk tidak bercerita lagi pada anak-anaknya serta mereka-reka cerita heboh yang lain.
Novel ini berkisah tentang cara mendidik anak melalui cerita yang mengandung budi pekerti. Tentang bagaimana peran seorang ayah dalam keluarga. Tentang peran seorang anak. Dan tentunya peran seorang istri. Tere Liye merancang sebuah keluarga yang berjuang meneguhkan keyakinan terhadap sesama. Konflik yang muncul, yang sangat kuat menurut saya adalah kepercayaan terhadap ayah, sesuai dengan judul novel ini.
Ketika membaca novel ini, saya merasa sedang membaca serial anak-anak mamak, seperti Burlian atau Eliana yang sudah saya baca. Model penyampaiannya, serta bumbu-bumbu penyisipan nilai kehidupannya nyaris sama. Misalnya, tentang bersahabat dengan alam, bersabar ketika disakiti, tidak membalas perbuatan buruk dengan yang buruk, dll. Dengan begitu saya amat yakin, seperti itulah isi kepala Tere Liye setiap kali menulis buku. Hampir semua novel-novelnya mengajarkan nilai moral yang ‘nyaris sama’. Itu saya sebut karakter penulis. Setiap penulis fiksi memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang menyisipkan setting cafe di semua novelnya, ada pula yang menyisipkan potongan lirik lagu di semua novelnya, dan bahkan ada pula yang memenuhi novelnya dengan quotes tokoh dunia.
Novel ini dapat menjadi langkah awal untuk menata ulang konsep budi pekerti di negeri ini. –Muliaman D. Hadad, Deputi Gubernur Bank Indonesia.
Selamat membaca. Alhamdulillah, buku ke 7 yang saya baca tahun ini dari target 50 buku, 😀
Review Novel Sebelumnya:
Review Novel ‘Allegiant’ Oleh Veronica Roth (#3 Divergent Trilogy)
Book Review: Young Waves’ Tales By Adele Parks
Review Novel: Falling For You Oleh Riris R. F.
Book Review: I Found You In Natuna (Agusta K’s Novel)
Book Review: Cinta. By Bernard Batubara
Berapa nilainya Umami?
SukaSuka
Tiga, Mas.
SukaDisukai oleh 1 orang
I see.
SukaDisukai oleh 1 orang
Wah, semua pada punya target baca buku, aku blm bikin target 😞
SukaSuka
Ayuk mbak, bikin target di goodreads 🙂 Add me as friend 😀
SukaSuka
Wih, cadas, yang komentar Dekom OJK, Pak Muliaman. Iya ya, setiap penulis memang pasti punya karakternya masing-masing, yang unik, jadi pembaca tahu kalau yang menulis itu adalah dia. Tinggal bagaimana mengolah karakter itu supaya segar dan terus diminati pembaca :hehe. Thank you buat reviewnya, Umami :)).
SukaDisukai oleh 1 orang
Komentarmu yang ini baru masuk, Gar. Sempet dianggep salah kamar kyknya sama WP. Kamu juga penulis novel kan? 🙂
SukaSuka
Waaah,pengen baca Mam jadinya..
SukaDisukai oleh 1 orang
Baca, Mas. Baca, bacalah! 😀
SukaSuka
bukuku ini masih bersampul, belum sempat baca Mam…,hadeeh..
SukaDisukai oleh 1 orang
Cari waktu yang tepat ya, Mbak 😀
SukaSuka
Jadi ga dapet 5 bintang karna alur dan pesan moralnya mirip ya
SukaDisukai oleh 1 orang
Mungkin itu mbak Azmi. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku sukaaaaa banget novel ini. Novel Tere Liye pertama yang aku baca. Dan berhasil bikin nangis berkali-kali. Tere Liye berhasil bikin saya ingat lagi perjuangan Papa untuk bikin keluarganya bahagia. Meski dengan cara yg gak umum.
SukaDisukai oleh 1 orang
Maka, larilah ke Ayah kalian masing-masing, katakan ‘Aku sayang Ayah.’ 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Yg saya suka dari Tere Liye memang novel-novelnya yg sarat makna dan selalu menanamkan nilai dalam sebuah keluarga. Selalu berhasil membuat rindu pada orang yg kita sayang 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Dan kadang itu malah menyiksa diri sendiri, hehe 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya, sendu sendu gitu 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
keren… semangat baca dan bikin review.
saya nggak 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha, Bang 🙂
SukaSuka
Emang tulisan Tere Liye selalu menarik dan tak pernah membuat bosan para pembaca novel dia yang setia, hehehehe
SukaSuka
Betul 🙂
SukaSuka
Aku beli buku ini sejak tahun lalu tapi belum pernah aku baca.
Gini toh isinya…
Udah baca yg Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin belum?
SukaSuka
Hehe, punya tapi belum saya baca. Baru baca prolog kayaknya kok kurang nyaman. Mungkin gara-gara novel saya yg itu cetakan lama, belum revisi. 🙂
SukaSuka
Udah bacadi gramed tanpa membeli #Ampun
SukaSuka
Hebat banget, bang.
SukaSuka
salam..
kira – kira apa yah alasan penulis membuat judul novel nya “Ayahku Bukan Pembohong”
ada alasan yang concrete ga?
tolong bantu.
terimakasih
SukaDisukai oleh 1 orang