Jangan Pernah Berhenti (Malas) Menulis

Jangan Pernah Berhenti (Malas) Menulis – Entah dalam rangka apa, tiba-tiba saya terbersit judul ini. Selain sebagai judul posting, kalimat ini saya nasihatkan buat diri sendiri. Saya sengaja menuntut diri saya untuk terus menulis, apapun. Bicara soal menulis, tentu tak akan jauh-jauh dari ‘membaca’. Nah, sambil saya mengajari diri sendiri untuk konsisten dalam membuat tulisan, saya juga memaksanya untuk membaca. Dalam hal ini spesifiknya, novel, cerpen, postingan bagus, serta artikel menarik.

writing

image was taken from http://www.globeuniversity.edu

 

Bagi saya, menulis sangat penting. Menulis melatih kita untuk berpikir kritis, teratur, dan detail. Menulis membantu kita untuk merapikan fakta dan momen dalam kepala. Menulis juga membantu kita untuk mengurangi beban (di dada *nyesekkk).

Lantaran begitu pentingnya pengaruh menulis buat saya, saya melarang diri sendiri untuk berhenti (malas) menulis. Kenapa saya tulis berhenti-dalam-kurung-malas? Sebenarnya, tidak ada orang yang sengaja memilih untuk berhenti menulis, mereka hanya malas, seperti yang saya alami beberapa hari belakangan ini. Anyway, saya sedang proyek menggarap novel, dan baru sampai bab 17 dari total 24. Naskah itu tidak segera selesai lantaran saya malas melanjutkannya dengan berdalih belum punya ide cerita yang bagus, padahal sudah ada outline. Dasar saya!

Sembari menutupi kepura-puraan saya dalam mencari ide untuk lanjutan novel, saya menyibukkan diri dengan membuat postingan pendek, mereview buku, menulis cerpen ringan, belajar kosakata bahasa inggris baru (ini gara-gara BEC yang heboh itu), dan mendesain sesuatu (I love Corel!). Saya mengerti, meski kesibukan versi pelarian ini bagus, saya agak menyimpan sesal. Tidak semestinya saya biarkan naskah buku impian saya terbengkalai terus-menerus. Saya bahkan tidak tahu kapan buku itu akan beredar di toko buku! Huh, this is exhausting.

Mulai saat ini, saya mendesak diri saya untuk segera menyelesaikan naskah yang sudah saya awali sejak lama itu. Seperti kata ibunya Merry Riana dalam film, ‘Selesaikan apa yang menjadi pilihanmu!’, saya akan menyelesaikannya. Dengan imbuhan ‘segera’ di belakang rencana itu.

Saya pikir, jika saya tidak mendidik dengan sedikit tekanan, akan banyak sekali tulisan saya yang tidak selesai dan terpaksa terbuang lantaran sudah usang, atau bahkan karena pikiran ini suatu ketika akan mengalami semacam tidak memiliki ‘kesamaan persepsi’ dengan potongan tulisan lama.

Tapi ingat ya, dengan merawat kembali tulisan lama itu, bukan berarti harus meninggalkan kebiasaan menulis lain yang sudah dijalani sampai sekarang. Saya harus bisa membagi waktu untuk menulis bagian-bagian yang lain. Impossible is nothing, right? Allah tidak akan membebani hamba-Nya kecuali semampunya. Alright am I!

So, let’s write your thoughts!

19 respons untuk ‘Jangan Pernah Berhenti (Malas) Menulis

  1. Nadia Khaerunnisa berkata:

    Wah! Lagi bikin novel ya,, kereenn! Good luck, ya, ditunggu novelnya 😀
    Saya setuju dgn poin2 bahwa menulis itu penting. Karena sekalinya berhenti menulis, kita harus memulai lg dr awal belajar utk memetakan pikiran. Tapi saat kita sudah terbiasa menulis, akan sangat mudah bagi kita membagi dan menyusun ide2 di kepala.

    Disukai oleh 2 orang

  2. Gara berkata:

    Waa, I want to be your first reader(s)!! Please please
    Iya, saya setuju, teruskan menulismu, jangan kayak saya, novel udah selesai, dikirim ke penerbit, ditolak, terus mogok nulis fiksi sampai sekarang :haha
    Jangan berhenti, bahkan kalau kamu sudah menulis 100 novel dan kesemuanya ditolak, sebab di naskah ke-101, novelmu pasti jadi best seller.
    Semangat terus, ya!

    Disukai oleh 1 orang

  3. Ryan berkata:

    Wah… sudah 17 dari 24 bab? Ayo teruskan Rizza. Semangat. Saya jadi pembeli pertama.
    Memang benar yang kamu tuliskan tuh. Kenapa menulis penting dan kebanyakan cuma malas hingga cari-cari alasan.

    Suka

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.